Berita

Raksasa Properti Evergrande Terancam Bangkrut, Keuangan Tiongkok Terganggu

PMB Unigal
PMB Unigal
PMB Unigal
Aqsa Guest House
PMB Unigal
PMB Unigal
pmb Unigal
Aqsa Guest House

Reportasee.com – Raksasa properti Evergrande merupakan perusahaan terbesar kedua di Tiongkok berdasarkan jumlah penjualannya.

Akan tetapi perusahaan properti besar ini terancam mengalami kebangkrutan.

Salah satu alasan bangkrutnya perusahaan lantaran terlilit utang sebesar US $300 miliar.

Kalau Evergrande mengalami kebangkrutan, efeknya nanti sangat besar terhadap sistem keuangan kawasan Tiongkok.

Bahkan sahamnya terus menurun seiring semakin besar kebangkrutan yang Evergrande alami.

Kendati demikian pihaknya terus berusaha melunasi hutang besar raksasa properti Evergrande tersebut.

Sejarah Raksasa properti Evergrande Yang Terancam Bangkrut

Dahulu raksasa properti Evergrande terkenal dengan nama lain yaitu Hengda.

Menjadi perusahaan properti terbesar kedua, Evergrande berkantor pusat di kawasan Shenzhen.

Evergrande menjual properti berupa apartemen ke kelas menengah serta menengah ke atas.

Jumlah proyek yang Evergrande miliki berada di sekitar 280 kota.

Perusahaan ini berdiri pada tahun 1997 silam oleh Hui Ka Yan, yaitu salah satu orang terkaya yang ada di Tiongkok.

Pada bulan Maret lalu, Forbes menempatkan Hui sebagai orang terkaya ketiga yang ada di negara Tiongkok.

Akan tetapi pada Desember peringkatnya turun menjadi nomor 10.

Evergrande bertumbuh besar seiring booming ekonomi yang ada di kawasan Tiongkok.

Bahkan Evergrande sudah mengerjakan sebanyak 1300 proyek mulai dari jenis komersial sampai infrastruktur.

Mereka juga mempekerjakan sebanyak 200 ribu karyawan dan secara tak langsung menciptakan hingga 3,8 juta lapangan pekerjaan.

Evergrande grup turut mempunyai usaha di bidang lain.

Jenis usaha lainnya antara lain asuransi, makanan, tv atau film samai klub sepak bola.

Perusahaan yang terdaftar di kawasan Hong Kong tersebut mengandalkan utang guna mendanai pertumbuhan cepat.

Akan tetapi dalam beberapa tahun terakhir perusahaan tengah berjuang melunasi banyak utangnya.

Beberapa tahun belakangan, Evergrande menggencarkan proses akuisisi di tengah meningkatnya permintaan bidang real estate.

Namun raksasa properti tersebut mulai jatuh semenjak pemerintah memberlakukan peraturan baru bulan Agustus 2020 lalu.

Peraturan baru itu terkait batas total utang yang perusahaan properti miliki.

Evergrande juga mengandalkan pra penjualan guna mendanai banyak proyeknya.

Tetapi peraturan baru negara Tiongkok membuat raksasa properti Evergrande terpaksa menjual proyeknya dengan diskop cukup tinggi.

Saham Perusahaan Evergrande Anjlok Akibat Resiko Gagal Bayar

Sementara itu saham raksasa properti Evergrande anjlok lebih dari kisaran 15% pada hari ini 20 September.

Penurunan saham memperpanjang kerugian lantaran investor memandang suram prospek bisnis perusahaan.

Di mana prospeknya dengan tenggat waktu yang kian dekat dalam kewajiban pembayaran pada minggu ini,

Mengutip data terpercaya pada 20 September, saham Evergrande turun 14,6%.

Nilai saham Evergrande jadi HK$ 2,17, termasuk jumlah terendah sejak bulan Oktober tahun 2011 silam.

Unit manajemen properti Evergrande pun turun lebih dari 8% nilainya.

Sedangkan unit terkait mobil listriknya turut turun sebesar 2%.

Perusahaan layanan streaming film Hengten Net yang pemilik mayoritas sahamnya adalah Evergrande juga anjlok sampai 10%.

Evergrande sudah berebut guna mengumpulkan dana agar membayar kewajiban mereka,

Antara lain para kreditur, pemasok maupun investor perusahaan.

Regulator memberi peringatan bahwa kewajiban mereka dapat memicu risiko lebih luas dalam sistem keuangan negara kalau tidak stabil.

Salah satu pihak pemberi pinjaman utama Evergrande sudah membuat penyisihan kerugian.

Penyisihan ini berupa kerugian atas sebagian pinjamannya untuk pegembang yang perusahaan perangi.

Sementara sejumlah kreditur berencana guna memberikan lebih banyak waktu agar bisa membayar.

Obligasi nantinya gagal bayar kalau raksasa properti Evergrande tak mampu membayar bunga dalam 30 hari.

Perusahaan Evergrande Mulai Bayar Investor Menggunakan properti

Tengah terlilit utang banyak, raksasa properti Evergrande mulai membayar para pihak investor.

Evergrande membayar investor dalam produk berupa wealth management menggunakan real estate.

Mengutip media lokal, Evergrande tengah berada dalam pergolakan bidang krisis likuiditas.

Sehingga membuat merkea berlomba mengumpulkan dana untuk membayar pemberi pinjaman maupun pemasoknya.

Mereka juga mempunyai kewajiban membayar bunga obligasi hingga US $83,5 juta.

Bunga obligasi ini akan jatuh tempo di hari Kamis mendatang.

Evergrande mengatakan tentang pihak investor yang tertarik menebus produk manajemen guna aset fisik.

Mereka harus menghubungi pihak konsultan investasi perusahaan maupun mengunjungi kantor lokal.

Kantor berita setempat melaporkan sekitar 40 miliar yuan atau senilai US $6 miliar dana berbentuk produk manajemen kekayaan milik Evergrande.

Produk sejenis itu umumnya pihak investor bidang ritel yang memegangnya.

Perwakilan perusahaan berkata metode serta detail pembayaran khusus tunduk terhadap kondisi setempat.

Menurut proposal yang beredar sebelumnya, investor produk tersebut bisa memilih antara ruang ritel, kantor, apartemen maupun tempat parkir.

Namun proposal yang media lokal lihat itu tidak pihak Evergrande konfirmasi.

Awal bulan ini, perusahaan Evergrande menyebut sudah melunasi utang yang jatuh tempo senilai 219,5 juta yuan.

Utang mereka bayarkan pada pemasok Skshu Paint Co. Ltd berbentuk apartemen dalam tiga proyek properti yang statusnya belum selesai.

Pada tanggal 10 September lalu, perusahaan Evergrande bersumpah untuk membayar lagi semua produk manajemen kekayaannya secepat mungkin.

Tetapi pada 14 September lalu, Evergrande mengaku pihaknya tengah berada di bawah tekanan luar biasa.

Sehingga kemungkinan perusahaan Evergrande tak bisa memenuhi kewajibannya.

Namun sejumlah analisis percaya terlepas dari masalah kelompok tersebut, pemerintah tak akan membiarkan raksasa ini bangkrut.

Malah pemerintah akan mendorong raksasa properti Evergrande menurunkan utang serta menerapkan tekanannya.

Menuju Bangkrut, Ini Dosa Besar Perusahaan Evergrande

Fakta raksasa properti Evergrande terancam bangkrut memicu gelombang protes dari para pihak investor.

Mereka mengaku cemas setelah perusahaan kemungkinan tak bisa memenuhi pembayaran atau dengan kata lain default.

Kepala Divisi Pendapatan Tetap mengatakan jika dugaan perusahaan sudah melakukan dua dosa besar.

Dosa besar ini mereka lakukan pada para investornya yang berakibat munculnya krisis utang.

Adapun dosa besar pertama China Evergrande terlalu banyak dalam meminjam uang.

Bahkan Evergrande tersebutkan sebagai perusahaan properti yang terbanyak mempunyai utang di dunia.

Sementara bentuk dosa yang kedua adalah dugaan Evergrande mempunyai tata kelola perusahaan yang terbilang buruk.

Pihak perusahaan Evergrande mengatakan penjualan di bidang properti terus memburuk signifikan pada bulan ini.

Sehingga keadaan tersebut semakin memperparah permasalahan terkait arus kas perusahaan.

Perwakilan berkata adanya protes beberapa hari terakhir oleh investor maupun pembeli membuat kesempatan perusahaan Evergrande berkurang.

Kesempatan itu berupa upaya terus penjualan properti milik perusahaan.

Ia juga menambahkan adanya kemungkinan investor asing nantinya menjadi prioritas yang terakhir.

Hal ini lantaran kebijakan pemerintah kawasan China yang menjaga stabilitas di bidang sosial.

Peraturan itu mengartikan mengutamakan kepentingan pembeli rumah lebih dahulu.

Karena inilah ia mengingatkan investor asing haruslah memahami resiko tersebut.

Serta mereka harus melihat sejumlah jenis amandemen  serta upaya perpanjangan dalam pembayaran.

Ini mengartikan kemungkinan investor menerima pembayaran setelah pemotongan ataupun pembayaran kupon mereka kemudian hari.

Mengutip sumber lokal, raksasa properti Evergrande masih mendiskusikan terkait kemungkinan perpanjangan pembayaran.

Lanjutkan Membaca

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button