Entertainment

Amber Teething Necklace Viral Dipakai Anak Artis, Bisa Sebabkan Meninggal?

PMB Unigal
PMB Unigal
PMB Unigal
Aqsa Guest House
H. Dindin Hardi S.Pd.,M.Pd
PMB Unigal
pmb Unigal
PMB Unigal
Aqsa Guest House
H. Dindin Hardi S.Pd.,M.Pd

Belakangan ini, banyak orang yang menyorot tentang aksesoris berupa amber teething necklace.

Pasalnya, kalung amber teething sendiri banyak dipakai oleh beberapa kalangan anak artis.

Tak heran jika amber teething necklace menjadi viral dan diperbincangkan kalangan warganet sosial media.

Sederet anak artis yang menggunakan amber teething necklace antara lain anak Rizky Billar dan Lesty Kejora, serta anak Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah.

Banyak warganet yang kemudian tertarik untuk membeli kalung amber teething  untuk buah hatinya.

Memang sempat beredar kabar bahwa kalung tersebut membawa banyak manfaat bagi bayi.

Namun tak banyak yang menyadari ada banyak efek samping dari kalung amber teething.

Mengenal Amber Teething Necklace yang Lagi Viral

Pada dasarnya, kalung amber teething bukanlah sekedar aksesoris untuk kalangan bayi.

Pasalnya, banyak orang yang percaya bahwa kalung amber teething bermanfaat bagi bayi.

Adapun kalung tersebut berguna untuk mengatasi rasa sakit yang muncul ketika bayi baru mengalami pertumbuhan gigi.

Memang tak jarang bayi menjadi rewel dan sering menangis karena sakit saat pertumbuhan gigi.

Oleh sebab itu, para orang tua kemudian menjadikan kalung amber teething sebagai solusi tepat mengatasi masalah tersebut.

Sejarah Kemunculan Kalung Amber Teething

Kalung amber teething sendiri mulai muncul di publik sejak tahun 1597 silam.

Di mana kala itu masyarakat mendokumentasikan bahwa kalung yang berasal dari akar peony tersebut mampu mengobati sakit gigi.

Saat itu, target audiens kalung penyembuhan satu ini beragam, termasuk ibu yang baru melahirkan, bayi yang tengah tumbuh gigi, atau siapa saja yang merasakan sakit dari kepala.

Konon, penjual kalung bisa menyembuhkan apa pun di antaranya demam, diare, luka, sampai penyakit Ehrlichiosis yang ditularkan lewat kutu.

Ketika pertama kali muncul, harga kalung satu ini relatif mahal sehingga hanya mampu dibeli kalangan anak dari keluarga kaya.

Tetapi, tampaknya para anak orang kaya itu memiliki tingkat kelangsungan hidup lebih tinggi karena lingkungannya yang lebih bersih dan bukan karena kalungnya.

Sayangnya Tidak Bermanfaat

Belakangan ini pemakaian kalung amber untuk meredakan sakit gigi bagi bayi menjadi tren kembali.

Bahkan mereka yang mendukungnya menyatakan bahwa kalung tersebut dirancang secara khusus untuk bayi yang tengah tumbuh gigi.

Keyakinan ini didapat karena panas tubuh bayi mampu menghangatkan amber, dan membuatnya mengeluarkan minyak yang terkandung asam suksinat.

Zat inilah yang kemudian diserap ke dalam tubuh bayi dan membuatnya meredam rasa sakit.

Sayangnya fakta tersebut sangat diragukan berdasarkan segi ilmiah.

Padahal, amber mampu meleleh di suhu tinggi 200-375 derajat yang tentu saja harus lebih tinggi daripada panas tubuh bayi yang rata-rata hanya 37 derajat celcius.

Oleh sebab itulah, diragukan bahwa kalung amber mampu mengeluarkan zat apa pun pada suhu yang tergolong lebih rendah daripada titik lelehnya.

Kalung Amber Teething Sebabkan Bayi Meninggal Dunia

Penggunaan kalung amber teething bagi bayi juga kabarnya bisa menyebabkan ia meninggal dunia.

Terbaru, seorang pengguna TikTok bernama @sandraci mengungkap ada anak yang meninggal lantaran pemakaian kalung tersebut.

Ini bisa terjadi karena kalung amber teething menyebabkan bayi menjadi tercekik dan membuatnya mati lemas.

Mati lemas sendiri merupakan penyebab utama kematian sejak dahulu sampai sekarang.

Oleh sebab itulah, pihak FDA baru-baru ini merilis peringatan agar tidak memakai kalung amber untuk mengatasi sakit gigi pada bayi.

Peringatan itu muncul karena kalung amber bisa menyebabkan mati lemas lantaran adanya cekikan atau tekanan pada leher.

Selain itu, karena kalung terdiri dari bagian-bagian kecil yang membuatnya bisa terpecah dan tertelan anak ketika amber teething necklace putus.

Lanjutkan Membaca
Back to top button