Berita

Krisis Evergrande Melebar Ke Banyak Sektor, Masih Permulaan?

PMB Unigal
PMB Unigal
PMB Unigal
Aqsa Guest House
PMB Unigal
pmb Unigal
PMB Unigal
Aqsa Guest House

Reportasee.com – Krisis Evergrande sudah berlangsung beberapa waktu lalu dan masih terjadi hingga sekarang.

Adapun krisis yang tengah Evergrande alami berupa terlilit hutang serta mempunyai likuiditas tergolong seret.

Kendati demikian belum lama ini terdapat laporan menyebut Evergrande sudah membayar kupon obligasinya.

Kupon obligasi tersebut untuk dalam negeri yang jatuh tempo tepat hari Selasa 19 Oktober lalu.

Meskipun begitu masih ada sejumlah permasalahan lain yang raksasa property China alami satu ini.

Bahkan dampak krisis Evergrande mengenai banyak sektor lain di seluruh dunia.

Kasus Krisis Evergrande Baru Permulaan, Bisa Lebih Berbahaya?

Sektor usaha properti yang ada di China sekarang ini menjadi sektor penopang paling besar untuk negara tersebut.

Sehingga kalau terjadi krisis pada sektor ini, otomatis perekonomian negara setempat akan begitu berdampak.

Hal tersebut kini tengah terjadi dengan adanya krisis Evergrande.

Kasus mengenai krisis keuangan properti besar Evergrande sudah membuat dunia sekarang lebih waspada.

Sebab krisis itu tentunya berdampak terlebih kepada sektor property China  yang lainnya.

Bahkan faktanya krisis keuangan yang Evergrande alami sudah melunasi ke sejumlah perusahaan properti lainnya.

Sebut saja Holdings Group serta Fantasia Group yang kini merasakan dampak secara langsung.

Krisis keuangan sejumlah perusahaan property yang ada di China membuat Li Gan selaku pengamat ekonomi ikut bicara.

Li Gan mengatakan kalau sektor property yang ada di China harus secara substansial cenderung lebih kecil.

Tujuannya guna menjaga ekonomi secara menyeluruh tetap stabil dan tentunya sehat.

Pengamat ekonomi ini mengatakan mereka mempunyai resiko yang begitu besar dalam sektor tersebut.

Mereka membangun begitu banyak perumahan sehingga pertama-tama harus datang dari pihak pemangkas sektor terkait.

Gan memperkirakan sebesar 20% dari ketersediaan perumahan China kosong sebab para pembeli memakainya sebagai investasi.

Walaupun begitu para pengembang terus membangun hingga jutaan unit terbaru setiap tahunnya.

Memang sektor pengembangan properti yang ada di China sudah berkembang pesat.

Perkembangan berlangsung setelah bertahun-tahun meminjam dengan cara berlebihan.

Masalah yang terjadi di sektor tersebut pun muncul ke permukaan dalam beberapa bulan belakangan.

Hal ini lantaran Evergrande beserta pengembang lain melewatkan pembayaran untuk obligasi.

Karena itu pun krisis Evergrande juga mengancam berhadapan dengan gagal bayar atau default

Alami Krisis, Evergrande Gagal Hasilkan Uang Dari Penjualan Unit Properti

Kesepakatan penjualan saham pengendali yang ada di unit property akan meredakan krisis Evergrande.

Namun kesepatakan tersebut gagal adanya dan mendorong perusahaan lebih dekat dengan potensi keruntuhan.

Evergrande membatalkan rencana mengenai kesepakatan penjualan dengan miliaran dolar terkait manajemen propertinya.

Kondisi tersebut kian memperburuk krisis keuangan dan membuatnya berada di batas kehancuran perusahaan.

Tepat Rabu malam tanggal 20 Oktober lalu, perusahaan menyatakan mengakhiri terkait perjanjian penjualan.

Mereka juga membatalkan terkait pengendalian terhadap saham milik Evergrande Property Services.

Kontrak terjalin dengan Hopson atau pengembang yang ada di China senilai 20 miliar dolar Hong Kong atau senilai 36,7 triliun rupiah.

Kesepakatan tersebut mereka umumkan awal bulan Oktober lalu Evergrande membatalkannya.

Kemudian perusahaan saling menyalahkan atas kegagalan mengenai kesepakatan itu.

Perusahaan Evergrande mengklaim di keterbukaan bursa bahwa pembeli tidak memenuhi persyaratan.

Pihak pembeli yakni Hopson tidak memenuhi persyaratan untuk melakukan penawaran umum terkait saham Evergrande.

Sedangkan Hospon mengungkap tidak mendapat substansi apapun pada pembatalan penjualan unit Evergrande tersebut.

Hingga sekarang pihak Hospon sudah bersiap guna menyelesaikan penjualan berdasarkan kesepakatan keduanya.

Hospon menambahkan terdapat pihak lain yang hendak mengubah kesepakatan sebelumnya.

Di mana termasuk dalam ketentuan pembayaran yang mereka anggap tak bisa diterima.

Saham kedua perusahaan sudah berhenti dari perdagangan semenjak kesepakatan yang potensial.

Akhirnya saham dua perusahaan tersebut bukan kembali tepat tanggal 21 Oktober lalu.

Pembatalan kesepakatan membuat krisis perusahaan Evergrande semakin melebar sebab saham mereka anjlok hingga 11 persen.

Saham Negara Lain Anjlok Dampak Dari Krisis Evergrande

Penutupan sejumlah saham yang ada di negara Australia berlangsung sedikit lebih tinggi tepat perdagangan Kamis kemarin.

Hal ini sebagai akibat dari pencabutan pembatasan yang ada di Melbourne tepat malam hari.

Upaya tersebut membantu sentimen pihak investor dan mengimbangi kekhawatiran terkait krisis Evergrande.

Indeks acuan dalam Bursa Efek yang ada di Australia naik tipis sebesar 0,2 persen atau setara 1,70 poin.

Kini harganya menetap di 7.415,40 poin dengan indeks acuan sempat terangkat sebesar 0,53 persen.

China Evergrande Group mengungkap penjualan sahamnya sebesar 2,6 miliar dolar AS kepada saingannya sudah gagal.

Inipun kian meningkatkan kekhawatiran mengenai gagal bayar obligasi ke luar negeri dari pengembang properti terbesar ke 2 di China tersebut.

Sektor pertambangan serta logam yang begitu bergantung dengan ekspor ke negara China mendapat pukulan besar dari berita krisis perusahaan Evergrande.

Kedua sektor tersebut pun jatuh hingga 0,25 persen walaupun harga logam serta bijih besi tengah menguat.

Sementara itu saham yang ada di Korea Selatan berakhir jatuh dalam sesi kedua pada perdagangan Kamis kemarin.

Pasalnya investor mempertimbangkan mengenai prospek sektor properti di China atas tekanan keuangan dari pengembang Evergrande.

Tampaknya investor khawatir mengenai prospek serta pertumbuhan pasar properti yang ada di China kedepannya.

Dari total hingga 926 saham yang mereka perdagangkan, jumlah saham yang mengalami kenaikan hanya sebanyak 297.

Nilai Saham Evergrande Jatuh Usai Gagal Akuisisi

Kondisi krisis Evergrande terkini juga berdampak kembali terhadap harga saham mereka.

Harga saham perusahaan property Tiongkok tersebut kembali jatuh tepat Kamis 21 Oktober kemarin.

Jatuhnya harga saham terjadi setelah melanjutkan perdagangan di kawasan Hong Kong.

Kegagalan kesepakatan untuk penjualan unit bisnis perusahaan semakin memperdalam ketakutan.

Ketakutannya yakni kalau perusahaan yang berhutang bangkrut lalu mengirimkan gelombang kejutan untuk ekonomi paling besar di dunia.

Evergrande sudah menangguhkan perdagangan pada tanggal 4 Oktober lalu sambil menantikan pengumuman tentang transaksi besar.

Pengumuman tersebut tepat ketika perusahaan sedang berjuang dengan utang mereka sebesar US$ 300 miliar.

Para investor khawatir mengenai potensi kebangkrutan dengan kondisi perusahaan yang semakin sulit.

 Tepat hari Kamis lalu, saham Evergrande turun lebih dari 10% usai mengakhiri penghentian perdagangan dua minggu lamanya.

Kesepakatan seharga HK$ 20.04 miliar untuk penjualan sebesar 50,01% saham di tangan layanan property Evergrande sudah gagal.

Kegagalan tersebut mereka sampaikan dalam suatu pernyataan saat perusahaan mengumumkan melanjutkan perdagangan.

Pembeli yang dalam pembicaraan akuisisi bersama Evergrande yaitu unit bisnis yang ada di bawah perusahaan bidang real estate.

Mereka menjelaskan perusahaan menyesal mengumumkan kalau vendor sudah gagal dalam menyelesaikan penjualannya.

Sementara itu saham pembeli yakni Hopson naik sebesar 5% pada perdagangan di hari Kamis kemarin.

Evergrande berkata terus menerapkan banyak langkah guna meringankan permasalahan terkait likuiditasnya.

Kekhawatiran krisis Evergrande bisa bangkrut sudah mengirimkan gelombang kejut lewat ekonomi dan mengguncang pembeli maupun pasar.

Lanjutkan Membaca

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button