Teknologi

Kesalahan Google Bard AI Menghapus Saham Sebesar $100 Miliar

PMB Unigal
PMB Unigal
PMB Unigal
Aqsa Guest House
H. Dindin Hardi S.Pd.,M.Pd
PMB Unigal
pmb Unigal
PMB Unigal
Aqsa Guest House
H. Dindin Hardi S.Pd.,M.Pd

Perusahaan teknologi terbesar di dunia yakni Google sudah mengumumkan bot terbarunya yang disebut sebagai Google Bard AI.

Sedangkan Google sendiri tengah mencari cara untuk meyakinkan banyak orang bahwa mereka masih berada di depan dalam persaingan teknologi AI terbaik.

Sampai sejauh ini, tampaknya Google Bard AI besutan perusahaan besar tersebut justru menunjukkan performa sebaliknya.

Kesalahan Google Bard AI yang Menghebohkan

Terbaru, layanan chatbot raksasa Google yaitu Google Bard AI tampaknya memberikan jawaban yang salah kepada para penggunanya.

Bagaimana tidak, iklan yang seharusnya dirancang untuk memamerkan bot AI terbarunya justru menjawab pertanyaan dengan tidak benar.

Karena kejadian itu, saham perusahaan induk Alphabet tersebut merosot sebesar 7% pada hari Rabu kemarin.

Kini saham Google pun melorot sebesar $100 miliar atau setara dengan 82 miliar euro dari nilai pasar perusahaan.

Hal itu terjadi usai promosi bot besutan Google yang dikenal sebagai Google Bard.

Perusahaan mempromosikan bot yang disebut sebagai Bard lewat perilisannya di Twitter pada hari Senin.

Dalam promosi tersebut bot itu ditanya tentang apa yang harus diceritakan kepada anak berumur 9 tahun terkait penemuan dari Teleskop Luar Angkasa James Webb.

Ini menawarkan tanggapan bahwa teleskop merupakan yang pertama mengambil gambar sebuah planet di luar tata surya bumi.

Padahal tonggak sejarah tersebut diklaim oleh European Very Large Telescope pada tahun 2004.

Jelas saja itu merupakan sebuah kesalahan yang dengan cepat dicatat oleh kalangan astronom di sosial media Twitter.

Seseorang yang berada di Universitas Newcastle yakni Chris Harrison kemudian bertanya, mengapa Google tidak memeriksa fakta contoh itu sebelum membagikannya.

Ia pun langsung memberikan tanggapan tersebut untuk membalas cuitan yang dibagikan Google.

Bukan itu saja, investor juga merasa kecewa dengan presentasi yang diberikan perusahaan Google.

Presentasi tersebut menyebut tentang rencana perusahaan untuk memakai kecerdasan buatan di dalam produknya.

Tekanan yang dialami Google

Memang Google sedang berada di bawah tekanan sejak akhir tahun 2022 lalu.

Hal itu terjadi setelah OpenAI yang didukung oleh perusahaan Microsoft resmi merilis perangkat lunak ChatGPT terbaru.

Apalagi perangkat lunak tersebut dengan cepat menjadi hits dan viral di kalangan pengguna Twitter.

Terlebih fasilitas ChatGPT berguna dalam kelulusan ujian sekolah bisnis, kemampuannya dalam membuat lirik lagu, serta menjawab pertanyaan lain.

Minggu ini, Microsoft mengatakan versi terbaru mesin pencari Bing-nya yang sudah tertinggal dari Google selama bertahun-tahun.

Mereka pun memutuskan untuk menggunakan teknologi ChatGPT dalam bentuk yang lebih canggih.

Memang para investor sudah menerima dorongan untuk keberadaan kecerdasan buatan.

Namun orang yang skeptis sudah memperingatkan bahwa terburu-buru memaki teknologi akan menimbulkan risiko kesalahan.

Bukan hanya itu, keberadaan teknologi tersebut juga lekat dengan permasalahan plagiarisme.

Di samping itu, perusahaan Google lewat juru bicaranya ikut angkat suara terkait kesalahan yang kini heboh.

Menurut juru bicara Google, perusahaan penting untuk melalui proses pengujian yang ketat.

Apalagi, ia mengatakan bahwa perusahaan tengah memulai suatu hal pada minggu ini lewat program penguji terpercaya mereka.

Lebih lanjut, pihak Google mengatakan akan menggabungkan umpan balik eksternal serta pengujian internal milik perusahaan sendiri.

Hal itu bertujuan untuk memastikan respon dari Bard memenuhi standar tinggi untuk keamanan, kualitas, serta kebulatan di dalam informasi dunia nyata.

Google sendiri juga menjadi sorotan sudah memutuskan hubungan kerja terhadap 12 ribu karyawan atau 6% dari tenaga kerjanya yang ada di seluruh dunia.

Kesalahan perusahaan dalam mempromosikan Google Bard AI ternyata ikut mempengaruhi citranya.

Lanjutkan Membaca
Back to top button