Game

Google Stadia Resmi Ditutup, Bukti Xbox Cloud Gaming Menjadi Model Paling Tepat?

PMB Unigal
PMB Unigal
PMB Unigal
Aqsa Guest House
H. Dindin Hardi S.Pd.,M.Pd
PMB Unigal
pmb Unigal
PMB Unigal
Aqsa Guest House
H. Dindin Hardi S.Pd.,M.Pd

Kini, persaingan cloud gaming menjadi lebih damai berkat penutupan terakhir Google Stadia.

Banyak orang yang mengaku suka dengan Stadia, namun model bisnisnya terbukti tidak begitu efektif.

Oleh sebab itulah, para gamers menilai bahwa model Xbox Cloud Gaming menjadi jalan yang paling tepat.

Google Stadia mengawali kiprahnya dengan Project xCloud yang meninggalkan kesan tersendiri bagi penggunanya.

Walaupun begitu, banyak dari pengguna yang kurang menyukai proyek dalam Google Stadia tersebut karena kecenderungan perusahaan membatalkan produknya.

Para penggemar game cloud pun kemudian mempunyai alternatif yang sempurna mulai dari Xbox dan NVIDIA.

Sampai pada akhirnya banyak gamers yang lebih suka dengan Xbox Cloud Gaming meskipun terdapat biaya berlangganan.

Kebijakan Terakhir Google Stadia

Sebelum penutupan Stadia, Google sudah mengembalikan uang semua pengguna yang sudah membeli game di platform tersebut.

Apalagi, kini sudah tidak tersedia lagi satupun game di layanan besutan Google tersebut.

Para pengguna bisa memainkan game favoritnya yang tersedia di Stadia dengan transfer data penyimpanan game.

Di mana ada beberapa pengembang game yang mengizinkan pemain untuk transfer data tersebut ke PC.

Namun, bagi pengembang yang tidak mengizinkannya maka game itu akan menghilang begitu saja.

Kelemahan Stadia Dibandingkan Layanan Serupa

Kebijakan terakhir Stadia jelas menjadi kelemahan nomor satu bagi pemain yang sudah membeli game namun tidak bisa menyimpan salinannya.

Berbanding terbalik jika di platform Steam, di mana jika ada sebuah game yang dihapus namun pemain memilikinya, maka game tersebut masih bisa dimainkan.

Pemain hanya perlu mengunduh lalu menyimpannya di hard drive, kemudian mengaksesnya dari perpustakaannya kapan saja.

Hal itu jelas tidak bisa dilakukan dalam Stadia dan modelnya.

Di samping itu, para pengguna platform Xbox Cloud Gaming juga dapat merasakan keunggulan lain dari layanan tersebut.

Sebab, Xbox Cloud Gaming menyediakan layanan game masuk dan keluar setiap saat meskipun pemain tak pernah bisa memiliki game tersebut.

Hal ini sama seperti para pengguna yang menonton film di Netflix.

Pengguna bisa membayar biaya setiap bulan agar bisa menyewa akses menuju game tersebut.

Jadi, walaupun pemain menemukan judul game kesukaannya menghilang dari layanan, maka pemain tidak akan merasakan kerugian karena tidak pernah memilikinya.

Berbeda dengan GeForce Now keluaran NVIDIA yang hanya memberikan pemain tempat di cloud agar bisa memainkan game yang sudah diunduh di Steam, Epic, ataupun Ubisoft.

Ini merupakan model berbeda namun masih lebih baik daripada Stadia, lantaran pemain tak membeli apa pun dari  layanan tersebut.

Oleh sebab itu, penutupan Stadia bisa dibilang hal yang lebih baik untuk konsumen karena bisa menghemat biaya mereka.

Alternatif Terbaik Setelah Penutupan Stadia

Bagi pemain yang merasa kehilangan Stadia, maka alternatif agar bisa tetap bermain game yaitu dengan Xbox Cloud Gaming.

Diketahui, platform Stadia tergantung berdasarkan pengembang jika sebuah game tak mempunyai kemampuan cross save, seperti game Destiny 2.

Jika pemain memainkan game itu di Xbox, maka masalah tersebut bukanlah apa-apa.

Di dalam Xbox terdapat Cloud Save yang memungkinkan pengguna beralih dengan mulus antara cloud, konsol, dan PC tanpa khawatir kehilangan kemajuan atau pencapaian.

Ketika game rilis di Xbox Cloud Gaming, maka pemain bisa membelinya untuk dimainkan langsung di konsol Xbox.

Meskipun fitur tersebut tidak tersedia dalam Stadia, tetap saja platform ini merupakan terobosan pertama dalam dunia cloud game.

Oleh sebab itulah, banyak yang masih menyayangkan penutupan Google Stadia dan kini tengah mencari platform sejenis lainnya.

Lanjutkan Membaca
Back to top button