Teknologi

Fitur End To End Facebook Rilis, Jadi Layanan Kontroversial

PMB Unigal
PMB Unigal
PMB Unigal
Aqsa Guest House
PMB Unigal
PMB Unigal
pmb Unigal
Aqsa Guest House

Belum lama ini, Facebook resmi merilis fitur end to end terbaru yang pada dasarnya cukup kontroversial di kalangan pengguna.

Di mana fitur ini disebut enkripsi dan sebenarnya tidak sepenuhnya faru.

Namun, keberadaan fitur end to end menjadi topik hangat dalam beberapa bulan terakhir.

Hal ini lantaran negara Inggris berupaya untuk mengubah undang-undang tentang penggunaan fitur seperti itu.

Pelarangan Fitur End To End di Sejumlah Negara

Sebagai informasi, beberapa negara termasuk Jepang, India, Selandia Baru, AS, dan Inggris menyerukan supaya enkripsi end to end dilarang pada tahun 2020 lalu.

Diketahui negara Inggris yang pertama kali memperkenalkan gagasan untuk menghentikan enkripsi fitur end to end pada tahun 2015 lalu.

Hal itu terjadi di bawah usulan mantan perdana Menteri Konservatif yakni David Cameron.

Namun, RUU Keamanan Online yang tengah berjalan lewat parlemen pada saat ini sudah menghidupkan lagi upaya tersebut.

RUU itu mencoba untuk memberikan pengawasan kepada perusahaan di bidang teknologi dan lebih banyak akses ke dalam pesan terenkripsi.

Alasannya karena banyak juru khawatir hal tersebut bisa melanggar privasi dan menimbulkan risiko keamanan siber.

Facebook sendiri sudah mencoba memperkenalkan fitur end to end kepada sejumlah pengguna selama beberapa tahun terakhir lewat program betanya.

Di mana dalam program beta tersebut hanya segelintir pengguna yang dipilih secara acak untuk mencobanya langsung.

Meta selaku perusahaan yang mempunyai Facebook, WhatsApp, dan Instagram mengatakan orang yang menerima fitur beta akan diberitahu di utas obrolan individu.

WhatsApp dan jenis aplikasi perpesanan lainnya seperti Telegram memakai enkripsi end to end.

Namun, ada sejumlah pro dan kontra dari fitur tersebut yang penting untuk diperhatikan kalangan pengguna.

Pro Fitur Enkripsi E2EE

Enkripsi end to end atau E2EE untuk perpesanan mengartikan WhatsApp dan Facebook tak bisa membaca apa yang dikatakan pesannya.

Selain itu, fitur tersebut tak akan membuat para pengguna bisa mengakses data yang dipertukarkan.

Ini merupakan fitur utama untuk jenis komunikasi pribadi dan membuat data tak bisa diakses oleh para peretas.

Saat enkripsi end to end aktif pada aplikasi perpesanan, jauh lebih sulit untuk peretas serta penyedia aplikasi untuk membaca informasi milik pribadi.

Dengan undang-undang yang berlaku pada saat ini di Inggris, memakai enkripsi end to end bisa membantu pengguna menghindari pengawasan pemerintah.

Namun hal inilah yang juga menjadi adanya kekhawatiran terbesar di kalangan pengguna.

Kontra Enkripsi End To End

Walaupun berguna, ada masalah yang paling kontroversial dengan adanya fitur end to end.

Di mana masalah tersebut yaitu, fitur ini sepenuhnya mengunci pihak ketiga untuk melihat pesan.

Hal tersebut menjadi masalah untuk polisi dan badan intelijen pemerintah di semua negara.

Pasalnya mungkin saja penegak hukum dan petugas intelijen membutuhkan akses ke rangkaian pesan tertentu di bawah E2EE ketika dikunci.

Di negara Inggris Raya, bukti yang mungkin saja ada di dalam pesan terenkripsi tak bisa diakses oleh siapa saja.

Peraturan tersebut tetap berlaku sekalipun hal itu bertujuan untuk hukum ataupun keamanan nasional.

Oleh karena itu, hanya ada satu cara agar petugas penegak hukum dan intelijen bisa mendapat pesan di balik E2EE.

Cara tersebut yaitu kalau perangkat tak terkunci atau pemiliknya sudah berpartisipasi dalam sebuah penyelidikan.

Inilah alasan di balik sangat banyak pemerintah di seluruh dunia yang hendak mengakhiri fitur enkripsi ini.

Sebab itulah, perilisan fitur end to end oleh Facebook Messenger dinilai kontroversial di kalangan penggunanya.

Lanjutkan Membaca
Back to top button