Berita

ChatGPT AI Krisis Eksistensial Microsoft dan Google?

Microsoft dan Google adalah platform mesin pencari yang kini berlomba-lomba untuk membuat ChatGPT AI besutan mereka sendiri.

Hal itulah yang membuat banyak orang menyebut bahwa Microsoft dan Google menjadi platform yang bertransformasi sebagai penerbit sekaligus.

Adanya ChatGPT AI bisa dibilang membatalkan semua taruhan persaingan mereka secara hukum.

Persaingan Kecanggihan ChatGPT AI

Diketahui, Microsoft baru saja merilis integrasi ChatGPT AI terbarunya ke dalam ekosistem produknya yang lebih luas.

Pembaruan tersebut mulai dari Bing sampai Office dan bahkan mencakup Windows itu sendiri.

Sistem AI keluaran Microsoft pada dasarnya mirip seperti ChatGPT yang memungkinkan pengguna berinteraksi lewat model bahasa besar.

Menurut kedua perusahaan raksasa tersebut, sistem satu ini akan begitu meningkatkan hasil pencarian dan pengalaman pengguna umum dalam memakai produknya.

Hal itu mungkin benar terjadi dalam 99.9% kasus pengguna yang tersebar di seluruh dunia.

Namun untuk kasus yang membuat pengguna bermasalah, kegagalan sistem efektif merupakan kotak hitam yang tak dapat dihindari.

Ini mengartikan bahwa Google dan Microsoft begitu bergantung terhadap ide adanya AI bot.

Sebenarnya sangat mencengangkan karena keduanya mempunyai hak istimewa yang unik di internet dan tak dimiliki oleh semua pengguna.

Tetapi, dengan integrasi alat AI baru tersebut, Microsoft, Google, dan lainnya membuat perlindungan itu.

Dengan demikian pengguna harus, dan bisa dimintai pertanggungjawaban secara hukum atas semua kesalahan informasi.

Apalagi bisa saja terjadi fitnah yang dilakukan oleh chatbot baru mereka karena belum jelas sumbernya.

Dasar AI untuk Litigasi Tanpa Akhir

Publik bisa mempertanyakan soal hak cipta kepada pembuat konten YouTube atau jurnalis baik di media cetak maupun online.

Dengan begitu publik bisa mengetahui tentang perbedaan antara penggunaan wajar, materi yang dikutip, sampai latar belakang.

Bahkan semua orang juga bisa memahami peraturan lain yang mengatur publikasi media dan bagaimana mereka dapat mempublikasikannya.

Kalau pengguna melakukan streaming langsung Hi-Fi Rush dan lupa mengaktifkan pilihan audio live stream maka bisa mendapat teguran hak cipta.

Selain itu, pengguna yang lupa mengaitkan semua bagian teks di dalam artikel dengan sumber aslinya maka terkena kontroversi plagiarismenya.

Semua hal tersebut bisa membebaskan pengguna dari keuntungan yang sudah didapatkan sebelumnya.

Apa yang terjadi kalau AI kotak hitam dengan tidak sengaja menjiplak materai pengguna dan Google ataupun Microsoft menerbitkannya untuk mendapat keuntungan?

Hal itu bisa saja terjadi, atau jika ada kritikan dari sebuah situs maupun menulis ulang materi yang sudah diambil oleh AI tersebut namun menghilangkan sumber aslinya.

Lantas apa yang terjadi kalau hal itu dilakukan oleh ribuan sampai jutaan kali?

Sebab inti dari AI Chatbots tersebut yaitu bahwa mereka otonom sehingga hampir tak ada kesempatan untuk campur tangan sebelum chatbot bermasalah dengan hukum.

Bahkan di dalam materi pers Microsoft sendiri menyertakan tangkapan layar dari fitur terbaru Bing Chat.

Fitur tersebut menghadirkan prompt yang berkaitan dengan latihan pengguna di rumahnya sendiri.

Sistem ini juga memberikan jawaban tanpa penafian medis atau konteks terkait risiko cedera serius ketika melakukan beberapa latihan.

Ini merupakan jenis hal yang membuat para pengacara akan terkendala dalam mencari nafkah.

Chatbot yang dipakai oleh perusahaan terkaya di dunia ini akan menjadi target yang begitu menarik untuk para pengguna.

Untuk kreditnya, chatbots dengan tenaga AI Microsoft Bing setidaknya akan memberikan kutipan dari mana dia mendapat materai yang dipakai.

Sebenarnya itu merupakan materai yang secara hukum tak bisa diterima dari plagiarisme sesungguhnya.

Oleh sebab itulah, adanya ChatGPT AI masih menimbulkan pro dan kontra di tengah publik.


Eksplorasi konten lain dari Reportasee.com™

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Back to top button